Profil Desa Tawangsari

Ketahui informasi secara rinci Desa Tawangsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tawangsari

Tentang Kami

Profil Desa Tawangsari, Teras, Boyolali. Kenali potensinya sebagai sentra industri emping melinjo yang legendaris, UMKM makanan ringan berbasis rumahan, dan desa agraris tangguh di jantung pembangunan baru Boyolali.

  • Sentra Industri Emping Melinjo

    Dikenal luas sebagai "Kampung Emping," di mana mayoritas warganya, terutama kaum perempuan, merupakan perajin emping melinjo berkualitas.

  • Desa Penyangga Pusat Pemerintahan

    Berlokasi strategis sebagai desa penyangga langsung dari Kompleks Perkantoran Terpadu Pemerintah Kabupaten Boyolali.

  • Ekonomi Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

    Memiliki model ekonomi yang bertumpu pada industri rumahan yang secara efektif memberdayakan ekonomi keluarga dan kaum perempuan.

XM Broker

Di tengah derap pembangunan modern yang mengelilingi pusat pemerintahan baru Kabupaten Boyolali, terdapat sebuah desa yang aromanya begitu khas dan legendaris. Dari lorong-lorong perkampungan di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, tercium wangi gurih melinjo yang disangrai, diiringi irama ritmis dari palu kayu yang menumbuk biji-biji tersebut menjadi lempengan tipis. Desa ini merupakan "Kampung Emping" yang termasyhur, sebuah sentra industri rumahan emping melinjo yang menjadi denyut nadi ekonomi bagi ribuan warganya. Profil Desa Tawangsari ialah narasi tentang ketekunan, cita rasa dan resiliensi sebuah komunitas yang menjaga warisan kulinernya di tengah kepungan arus modernisasi.

Geografi dan Demografi di Perlintasan Perubahan

Secara geografis, Desa Tawangsari berada pada posisi yang sangat vital dalam konstelasi perkembangan Boyolali saat ini. Wilayahnya menjadi salah satu penyangga utama bagi Kompleks Perkantoran Terpadu Pemerintah Kabupaten Boyolali. Kedekatan langsung ini membuat Desa Tawangsari berada di perlintasan perubahan, di mana corak kehidupan pedesaan yang tenang berbaur dengan dinamika sebuah pusat pemerintahan yang sedang bertumbuh.Luas wilayah Desa Tawangsari tercatat sekitar 2,87 kilometer persegi. Wilayah administratifnya berbatasan dengan beberapa desa strategis lainnya. Di sebelah utara, berbatasan dengan Desa Teras. Di sebelah timur, bersebelahan dengan Desa Gumulan. Sementara di sisi selatan, berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mojosongo, dan di sebelah barat, berbatasan dengan Desa Mojolegi.Berdasarkan data kependudukan resmi, Desa Tawangsari dihuni oleh 5.753 jiwa. Dengan luas wilayahnya, tingkat kepadatan penduduknya sangat tinggi, yakni mencapai 2.005 jiwa per kilometer persegi. Angka ini menegaskan statusnya sebagai kawasan permukiman padat yang berada di lingkar utama pembangunan perkotaan Boyolali. Lahan di desa ini dimanfaatkan secara intensif untuk permukiman dan lokasi usaha, meskipun di beberapa sudut, petak-petak sawah masih menjadi pemandangan yang menyejukkan.

Emping Melinjo: Jantung Ekonomi dan Warisan Keterampilan

Kekuatan ekonomi dan identitas utama Desa Tawangsari terletak pada industri emping melinjo. Usaha ini bukan dijalankan dalam skala pabrik, melainkan sebagai industri rumahan yang melibatkan ratusan, bahkan ribuan, kepala keluarga. Hampir di setiap rumah, terutama di pagi hingga sore hari, dapat dijumpai aktivitas para perajin, yang mayoritas merupakan kaum ibu. Mereka dengan terampil memproses biji melinjo melalui tahapan-tahapan tradisional yang terjaga kualitasnya: mulai dari menyortir biji, menyangrai dengan pasir, mengupas kulit, menumbuknya satu per satu hingga tipis, lalu menjemurnya di bawah terik matahari.Keterampilan ini merupakan warisan yang diajarkan dari generasi ke generasi. Emping melinjo dari Tawangsari memiliki reputasi unggul karena ukurannya yang tipis, teksturnya yang renyah, dan rasanya yang gurih. Industri rumahan ini menjadi penopang ekonomi keluarga yang sangat signifikan. Sambil menjalankan tugas domestik, para perempuan di Tawangsari dapat tetap produktif dan berkontribusi pada pendapatan keluarga."Sudah dari zaman nenek saya membuat emping. Ini pekerjaan utama kami, para ibu di sini. Hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya anak sekolah," ujar salah seorang perajin emping.Rantai pasok industri ini juga menciptakan ekosistem ekonomi yang hidup. Sebagian warga berperan sebagai pemasok bahan baku biji melinjo yang didatangkan dari berbagai daerah, sementara yang lain berperan sebagai pengepul (pengumpul) yang menampung hasil produksi dari para perajin untuk kemudian dipasarkan ke luar daerah. Produk emping dari Tawangsari telah didistribusikan ke berbagai pasar tradisional, toko oleh-oleh, hingga restoran besar di kawasan Solo Raya dan sekitarnya.

Sawah Subur sebagai Penopang Kehidupan

Di tengah kesibukan memproduksi emping, Desa Tawangsari tidak melupakan akarnya sebagai komunitas agraris. Lahan pertanian, khususnya sawah beririgasi, tetap dipertahankan dan dikelola dengan baik oleh sebagian warga. Sektor ini menjadi fondasi ketahanan pangan dan memberikan stabilitas ekonomi yang penting. Padi merupakan komoditas utama yang ditanam, menyediakan kebutuhan pokok bagi warga setempat dan surplusnya dijual ke pasar.Keberadaan lahan pertanian ini menciptakan keseimbangan dalam lanskap desa. Hamparan sawah menjadi ruang terbuka hijau yang kontras dengan kepadatan permukiman, sekaligus menjadi pengingat akan identitas agraris yang menjadi asal-usul desa. Bagi banyak keluarga, hasil dari sawah menjadi pelengkap yang menyempurnakan pendapatan dari usaha emping melinjo.

Pemerintahan Desa Mengelola Potensi dan Tantangan

Pemerintah Desa Tawangsari memegang peran strategis dalam membina dan mengembangkan potensi utama desanya. Salah satu fokus utamanya ialah pemberdayaan para perajin UMKM emping melinjo. Melalui kerja sama dengan dinas terkait, berbagai program seperti pelatihan pengemasan modern, bantuan akses pasar, dan sosialisasi standar kebersihan produksi (PIRT) terus digalakkan. Tujuannya ialah untuk meningkatkan nilai jual dan daya saing produk emping Tawangsari di pasar yang lebih luas.Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga diharapkan dapat berperan aktif, misalnya dengan menciptakan merek kolektif "Emping Tawangsari" atau membangun sebuah sentra oleh-oleh terpadu. Mengingat lokasinya yang dekat dengan pusat pemerintahan, potensi untuk menarik pengunjung dari kalangan aparatur sipil negara atau tamu daerah sangatlah besar. Di sisi lain, pemerintah desa juga dihadapkan pada tantangan mengelola dampak urbanisasi, seperti tekanan terhadap alih fungsi lahan pertanian dan peningkatan volume sampah.

Penutup: Visi Tawangsari sebagai Desa Kuliner dan Wisata Edukasi

Desa Tawangsari merupakan sebuah contoh inspiratif tentang bagaimana sebuah industri rumahan yang berakar pada tradisi mampu menjadi tulang punggung ekonomi sebuah komunitas. Di tengah arus pembangunan, gurihnya emping melinjo tidak hanya menjadi sumber pendapatan, tetapi juga perekat sosial dan simbol pemberdayaan perempuan. Ke depan, dengan inovasi dalam pengemasan dan pemasaran, Desa Tawangsari memiliki visi besar untuk bertransformasi dari sekadar kampung produsen menjadi sebuah destinasi wisata kuliner dan edukasi, di mana pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan emping yang legendaris sambil menikmati keramahan warganya.